1)
Karangan
Ilmiah
a. Pengertian adalah laporan tertulis
dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah
dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika
keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
b. Ciri – ciri karangan ilmiah :
·
Objektif
: keobjektifan ini menampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan
kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga, setiap pernyataan atau
simoulan yang disampaikan berdasarkan bukti – bukti yang bias
dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapapun dapat mengecek kebenaran dan
keabsahan.
·
Netral : kenetralan
ini bias terlihat pada setiap pernyatan atau penilaian bebas dari kepentingan –
kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu,
pernyataan – pernyataan yang bersifat mengajak, membujuk, atau mempengaruhi
pembaca dihindarkan.
·
Sistematis :
uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti
pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kuasalitas, dan
sebagainya. Dengan cara demikian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah
alur uraiannya.
·
Logis : kelogisan
bias dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau
deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola
induktif; sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan
pola dedutif.
·
Menyajikan fakta (bukan emosi atau
perasaan). Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus
faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang
emosional (menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti
orang berkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan
marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan.
c. Jenis – jenis Karangan Ilmiah
·
Makalah : hasil
karya tulis yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data
lapangan yang bersifat empiris-objektif.
·
Skripsi : karya
tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang
lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris –
objektif, baik berdasarkan penelitian langsung ( observasi lapangan, atau
percobaan di laboratorium ), juga diperlukan sumbangan material berupa temuan
baru alam segi tata kerja, dalil – dalil, atau hokum tertentu tentang salah
satu aspek atau lebih dibidang spesialisasinya.
·
Tesis : karya
tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dibandingkan dengan skripsi. Tesis
mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri.
·
Disertasi : karya
tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis
berdasarkan data dan fakta yang sahih ( valid ) dengan analisis yang terinci. Disertasi
ini berisi suatu temuan penulis sendiri, yang berupa temuan orisinil. Jika
temuan orisinil ini dapat dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan penguji,
penulisnya berhak menyandang gelar doctor (S3).
d. Contoh :
CONTOH KARYA
ILMIAH “EFEK RUMAH KACA”
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas Karya Ilmiah Sederhana yang berjudul ”EFEK RUMAH KACA SILAUKAN BUMI”
dengan baik.
Dalam kesempatan
ini pula saya menyampaikan rasa bahagia dan ucapan rasa terima kasih kepada :
Orang tua yang
telah membiayai dan memfasilitasi saya untuk mengerjakandan menyelesaikan tugas
ini.
Ibu Alfiah S.Pd,
Selaku Guru Pembimbing I atau Guru Mata pelajaran Bahasa dan Sastra indonesia
yang telah memberi saya tugas ini.
Ibu Irva Nur
Khasanah S.Pd, Selaku Guru Pembimbing II atau Guru Mata pelajaran Bahasa dan
Sastra indonesia.
Rekan-rekan
seangkatan yang selalu memberi motifasi dan dukungan baik secara Moril maupun
secara Materil.
Rekan-rekan yang
turut membantu dalam pembuatan karya ilmiah ini.
Saya menyadari
bahwa dalam penyusunan karya ilmiah sederhana ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan penyusunan karya ilmiah sederhana yang akan datang.
Pasuruan ,
Maret 2013
Penyusun,
(Listya Komala
Wijayanti)
LEMBAR PENGESAHAN
Karya tulis yang bejudul
“EFEK RUMAH KACA SILAUKAN BUMI” telah di periksa dan disah kan pada tanggal
______ Maret 2013 oleh:
Pembimbing
II Pembimbing I
Irva Nur Khasanah
S.Pd Alfiah S.Pd
NIP.
196612082007012001 NIP.
195906271981112001
K.Sekolah SMPN 1
Gondangwetan
Hj. Tanti Rahayu
S.Pd MM
NIP.196007051981012002
DAFTAR ISI
Halaman
Cover………………………………………………………………. i
Kata
Pengantar………………………………………………………………. ii
Daftar Isi
……………………………………………………………………… iii
Bab I Pendahuluan
………………………………………………………… 1
1.1 LatarBelakang
…………………………………………………………. 1
1.2 Tujuan
……………………………………………………………………. 2
1.3 Rumusan
Masalah ……………………………………………………. 2
Bab II Pembahasan
………………………………………………………… 3
2. Efek Rumah
Kaca ………………………………………………………. 3
2.1 Pengertian
Efek Rumah Kaca …………………………………….. 4
2.2 Peneyebab
Terjadinya Efek Rumah Kaca …………………….. 4
2.3 Akibat Dari
Efek Rumah Kaca …………………………………… 4
2.4 Efek Rumah
Kaca Untuk Kehidupan di Bumi……………….. 5
3. Pengearuh Efek
Rumah Kaca Terhadap Pertumbuhan
dan
Produktifvitas Tanaman ……………………………………….
10
4. Pengaruh Iklim
Terhadap Pertumbuhan
dan
Produktifvitas Tanaman
……………………………………… 11
5. Pengaruh
Biologis Langsung ……………………………………….. 14
5.1 Pertumbuhan
Tanaman Dalam Rumah Kaca ………………… 14
5.2 Efesiensi
Fotosintesis ……………………………………………….. 15
5.3 Efesiensi
Penggunaan Air ………………………………………….. 16
6. Produksi
Tanaman Pangan Beririgasi …………………………….
17
7. Pertumbuhan
dan Produktivitas Tanaman …………………….. 18
7.1 Kemampuan
Adaptasi Terhadap Suber daya
Iklim di Bumi
…………………………………………………………… 18
8. Prakiraan
Regional …………………………………………………….. 19
8.1 Pola Iklim
dan Respon Tanaman ………………………………… 19
9. Pemanasan
Global …………………………………………………….. 20
9.1 Pengertian
Pemanasan Global ……………………………………. 20
9.2 Penyebab
Pemanasan Global………………………………………. 20
9.3 Dampak
Pemanasan Global ………………………………………. 21
9.3.1 Cuaca
…………………………………………………………………… 22
9.3.2 Tinggi Muka
Laut ………………………………………………….. 22
9.3.3 Pertanian
……………………………………………………………… 23
9.3.4 Hewan dan
Tumbuhan …………………………………………… 23
9.3.5 Kesehatan
Manusia ……………………………………………….. 24
10. Hubungan
Pemanasan Global dengan
Efek Rumah
Kaca ……………………………………………………. 24
11. Cara
Menanggulangi Pemanasan Global ………………………
27
12. Manfaat Efek
Rumah Kaca Bagi Kehidupan di Bumi …….
30
12.1 Global
Warming …………………………………………………….. 30
12.2 Bumi Tanpa
Efek Rumah Kaca ………………………………… 31
Bab III Penutup
…………………………………………………………….. 32
Daftar
Pustaka……………………………………………………………….. 33
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini
perkembangan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi atau yang sering
disebut Iptek memang memberikan dampak yang positif bagi kehidupan, yaitu dapat
menyederhanakan dan mempermudah aktivitas-aktivitas dalam kehidupan. Namun,
tidak hanya dampak positif saja yang diberikan oleh kemajuan di bidang iptek
ini, tetapi juga dampak-dampak negatif. Misalnya saja, berkat adanya kemajuan
iptek manusia tak perlu lagi berjalan kaki untuk menempuh perjalanan yang jauh
ataupun dekat. Karena saat ini sudah banyak sepeda motor dan mobil yang
mempercepat dan memudahkan kita menuju ke suatu tempat. Namun asap dari
kendaraan bermotor ini dapat menyebabkan polusi dan gas rumah kaca apabila
kadarnya telah berlebih. Tidak hanya itu, pembakaran fosil seperti pada
pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, pembakaran
hutan juga menyebabkan konsentrasi gas
rumah kaca meningkat.
Masalah lain yang
juga kita alami saat ini adalah meningkatnya
temperatur rata-rata permukaan bumi. Dari tahun 1880-1940 temperatur
bumi naik hingga 0,6 derajat celcius. Lalu kembali menurun 0,3 derajat celcius
dari tahun 1940-1975. Kemudian naik secara perlahan-lahan sejak tahun 1975.
Masalah-masalah
lingkungan ini makin lama makin bertambah, terlebih saat ini berhembus masalah
yang lebih besar mengenai global warming dan efek rumah kaca.
1.2 Tujuan
Tujuan secara
umum adalah untuk mengetahui sejauh manakah pemanasan Global ini telah terjadi?
dan penyebab pastinya apa? Semua ini masih merupakan tanda Tanya bagi manusia.
Karena sampai sekarang manusia belum mendapatkan penyebab pasti dari pemanasan
Global ini dan manusia juga mau mencari kebenaran mengenai efek dari pemanasan
Global yang akan dialami oleh manusia sendiri, makhluk hidup maupun lingkungan
di sekitarnya.
Jika pemanasan
Global ini terjadi maka efek yang ditimbulkan bukan hanya di alami oleh manusia
saja tetapi juga semua makhluk hidup di sekitarnya, seperti meningkatnya suhu
di permukaan bumi menyebabkan kekeringan, dengan demikian akibat dari
kekeringan ini selain dialami manusia juga oleh hewan dan tumbuhan dimana
tumbuhan akan menjadi layu karena kekurangan air atau dan sebagainya.
Oleh karena itu
melalui karya ilmiah ini diharapkan agar manusia dapat lebih mencegah aktivitas
yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan Global seperti mengadakan kegiatan
pembakaran zat-zat yang dapat menyebabkan suhu di permukaan bumi meningkat, dan
lain-lain.
1.3 Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang
akan kami bahas dalam karya ilmiah ini meliputi:
1. Apa itu rumah kaca?
2. Bagaimana dan apa penyebab rumah kaca?.
3. Apa keterkaitan efek rumah kaca dengan
global warming dan perubahan iklim?.
4. Dampak apa yang diakibatkan oleh efek rumah
kaca?.
5. Bagaimana cara-cara menanggulangi efek
rumah kaca.
6. Manfaat rumah kaca abagi kehidupan
sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
2. Efek Rumah
Kaca
2.1 Pengertian efek rumah kaca
Secara alamiah
cahaya matahari (radiasi gelombang pendek) yang menyentuh permukaan bumi akan
berubah menjadi panas dan menghangatkan bumi.
Sebagian dari
panas ini akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa luar sebagai
radiasi infra merah gelombang panjang.
Sebagian panas
sinar matahari yang dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang
menyelimuti bumi (disebut gas rumah kaca seperti : uap air, karbon-dioksida/CO2
dan metana ) sehingga panas sinar tersebut terperangkap di atmosfer bumi.
Peristiwa ini
dikenal dengan Efek Rumah Kaca (ERK) karena peristiwanya sama dengan rumah
kaca, dimana panas yang masuk akan terperangkap di dalamnya, tidak dapat
menembus ke luar kaca, sehingga dapat menghangatkan seisi rumah kaca tersebut.
Peristiwa alam
ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak ditempati manusia, karena jika
tidak ada Efek Rumah Kaca maka suhu permukaan bumi akan 33 derajat Celcius
lebih dingin.
Semua kehidupan
di Bumi tergantung pada efek rumah kaca ini, karena tanpanya, planet ini akan
sangat dingin sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi.
Akan tetapi, bila
gas-gas ini semakin berlebih di atmosfer dan berlanjut, akibatnya pemanasan
bumi akan berkelebihan dan akan semakin berlanjut !
Efek rumah kaca,
yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada tahun1824, merupakan
proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama pada planetatau
satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya.Efek rumah kaca
hanya terjadi pada planet-planet yang mempunyai lapisanatmosfer seperti Bumi,
Mars, Venus, dan satelit alami Saturnus (Titan).
2.2
Penyebab terjadinya Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca
disebabkan karena naikknya konsentrasi gas Karbondioksida(CO2) dan gas-gas
lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini terjadi akibatkenaikan
pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara, dan bahan bakar organiclainnya
yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk
mengabsorsinya.Bahan-bahan di permukaan bumi yang berperan aktif untuk
mengabsorsi hasil pembakaran tadi ialah tumbuh-tumbuhan, huta, dan laut. Jadi
bisa dimengerti bila hutansemakin gundul, maka panas di bumi akan semakin
naik.Energi yang diabsorsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah
olehawan dan permukaan bumi. Hanya saja sebagian sinar inframerah tersebut
tertahan olehawan, gas CO2, dan gas lainnya sehingga terpantul kembali ke
permukaan bumi.Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 dan gas-gas lain di
atmosfir makasemakin banyak pula gelombang panas yang dipantulkan bumi dan
diserap atmosfir.Dengan perkataan lain semakin banyak jumlah gas rumah kaca
yang berada di atmosfir,maka semakin banyak pula panas matahari uang
terperangkap di permukaan bumi.Akibatnya suhu permukaan bumi akan naik. Sudah
disebutkan di atas bahwa efek rumah kaca terjadi karena emisi gas rumahkaca.
Meningkatnya gas
rumah kaca tersebut dikontribusi oleh hal-hal berikut:
Energi
Pemanfaatan berbagai macam bahan bakar fosil atau BBM memberikontribusi besar
terhadap naiknya konsentrasi gas rumah kaca, terutamaCO2.
KehutananSalah
satu fungsi hutan adalah sebagai pernyerap emisi gas rumah kaca.Karena hutan
dapat mengubah CO2 menjadi O2. Sehingga pengrusakanhutan akan memberi
kontribusi terhadap naiknya emisi gas rumah kaca.
Peternakan dan
PertanianDi sektor ini emisi gas rumah kaca dihasilkan dari pemanfaatan pupuk,
pembusukan sisa-sisa pertanian dan pembusukan kotoran-kotoran ternak,serta
pembakaran sabana. Pada sektor pertanian, gas metan (CH4) yang paling banyak
dihasilkan.
SampahSampah
sebagai salah satu kontributor terbesar bagi terbentuknya gasmetan (CH4),
karena aktifitas manusia sehari-hari.
2.3 Akibat dari Efek Rumah Kaca
Meningkatnya suhu
permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahaniklim yang sangat ekstrim di
bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan danekosistem lainnya
sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbondioksidadi atmosfir.
Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerahkutub yang
dapat menyebabkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga
akanmengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan
terjadikenaikan permukaan laun yang mengakibatkan negara yang berupa kepulauan
akanmendapat pengaruh yang sangat besar.
2.4 Efek Rumah Kaca untuk Kehidupan di Bumi
Green house
effect atau lebih kita kenal dengan sebutan efek rumah kaca adalah sebuah
kondisi di mana suhu dari sebuah benda permukaan langit, seperti planet dan
bintang, meningkat secara drastis. Meningkatnya suhu ini disebabkan karena
adanya perubahan kondisi dari komposisi serta keadaan atmosfir yang
mengelilingi benda langit tersebut.
Sebenarnya,
penggunaan istilah efek rumah kaca diadopsi dari petani di negara Eropa dan
Amerika, karena mekanisme pemanasan bumi ini sama seperti yang terjadi di rumah
kaca yang digunakan untuk perkebunan di negara tersebut. Biasanya para petani
menggunakan rumah kaca di musim dingin. Tanaman yang ditanam di dalam rumah
kaca akan tetap hidup dan tidak mati membeku, oleh pengaruh musim dingin.
Karena kaca akan menghalangi suhu yang masuk dan memantulkan kembali keluar.
Ini menyebabkan seringnya terjadi kesalah pahaman. bahwa efek rumah kaca
disebabkan oleh banyaknya rumah berdinding kaca.
Yang terjadi pada
bumi adalah, ketika cahaya matahari mengenai atmosfer serta permukaan bumi,
sekitar 70 persen dari energi tersebut tetap tinggal di bumi, diserap oleh
tanah, tumbuhan, lautan dan benda lainnya. Tiga puluh persen sisanya
dipantulkan kembali melalui awan, hujan serta permukaan reflektif lainnya.
Tetapi panas 70 persen itu, tidak selamanya berada di bumi. Benda-benda di
sekitar planet yang menyerap cahaya matahari seringkali meradiasikan kembali
panas yang diserapnya.
Sebagian panas
tersebut masuk ke ruang angkasa, tinggal di sana dan akan dipantulkan kembali
ke bawah permukaan bumi, ketika mengenai zat yang berada di atmosfer. Seperti
karbon dioksida, gas metana dan uap air. Panas tersebut yang membuat permukaan
bumi tetap hangat daripada di luar angkasa, karena energi lebih banyak yang
terserap dibandingkan dengan yang dipantulkan kembali.
Jadi, jika bumi
tidak memiliki gas rumah kaca, maka suhu di bumi akan terlalu dingin untuk
kehidupan makhluk di dalamnya. Sebagai contoh, planet Mars tidak memiliki gas
rumah kaca, sehingga suhu di sana berada di sekitar -30°C. Jika suhu yang sama
terjadi di bumi, tentu saja tidak ada makhluk hidup dapat hidup di bumi.
Tidak menjadi
masalah seadainya konsentrasi gas-gas rumah kaca berada dalam keadaan konstan,
tidak terjadi lonjakan drastis seperti sekarang ini. Meningkatnya konsentrasi
gas-gas rumah kaca diakibatkan berbagai aktivitas manusia yang memicu pancaran
gas tersebut ke atmosfir. Dengan adanya pancaran gas ini, maka konsentrasinya
di lapisan atmosfir bumi akan semakin tinggi. Kondisi ini akan mengakibatkan
sinar matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi akan sulit lewat dan
menjadi terperangkap di permukaan bumi.
Pengaruh
masing-masing gas rumah kaca terhadap terjadinya efek rumah kaca bergantung
pada besarnya kadar gas rumah kaca di atmosfer, waktu tinggal di atmosfer dan
kemampuan penyerapan energi. Peningkatan kadar gas rumah kaca akan meningkatkan
efek rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global. Adapun
gas-gas yang terdapat dalam rumah kaca, adalah sebagai berikut:
CO2 (Karbon
Dioksida)
CO2 adalah gas
rumah kaca terpenting penyebab pemanasan global yang sedang ditimbun di
atmosfer karena kegiatan manusia. Sumbangan utama manusia terhadap jumlah
karbon dioksida dalam atmosfer berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, yaitu
minyak bumi, batu bara, dan gas bumi.
Pembukaan lahan
baru pertanian dan penggundulan hutan juga meningkatkan jumlah karbon dioksida
dalam atmosfer. Namun selain efek rumah kaca, CO2 juga memainkan peranan sangat
penting untuk kehidupan tanaman. Karbon dioksida diserap oleh tanaman dengan
bantuan sinar matahari dan digunakan untuk pertumbuhan tanaman dalam proses
yang dikenal sebagai fotosintesis. Proses yang sama terjadi di lautan di mana
karbon dioksida diserap oleh ganggang.
Dampak dari
meningkatnya CO2 di atmosfer antara lain: meningkatnya suhu permukaan bumi,
naiknya permukaan air laut, anomali iklim, timbulnya berbagai penyakit pada
manusia dan hewan(Astin,2008). Berbagai upaya dilakukan untuk menekan laju
peningkatan emisi CO2 di atmosfer
H2O (Uap Air)
Uap air merupakan
penyumbang terbesar bagi efek rumah kaca. Uap air tidak terlihat dan harus
dibedakan dari awan dan kabut yang terjadi ketika uap membentuk butir-butir
air. Jumlah uap air dalam atmosfer berada di luar kendali manusia dan
dipengaruhi terutama oleh suhu global. Jika bumi menjadi lebih hangat, jumlah
uap air di atmosfer akan meningkat karena naiknya laju penguapan. Ini akan
meningkatkan efek rumah kaca dan pemicu naiknya pemanasan global.
CH4 (Metana)
Metana dihasilkan
ketika jenis-jenis mikroorganisme tertentu menguraikan bahan organik pada
kondisi tanpa udara (anaerob). Gas ini juga dihasilkan secara alami pada saat
pembusukan biomassa di rawa-rawa sehingga disebut juga gas rawa. Metana mudah
terbakar, dan menghasilkan karbon dioksida sebagai hasil sampingan. Kegiatan
manusia telah meningkatkan jumlah metana yang dilepaskan ke atmosfer. Sawah
merupakan kondisi ideal bagi pembentukannya, di mana tangkai padi nampaknya
bertindak sebagai saluran metana ke atmosfer. Meningkatnya jumlah ternak sapi,
kerbau dan sejenisnya merupakan sumber lain yang berarti, karena metana
dihasilkan dalam perut mereka dan dikeluarkan ketika mereka bersendawa dan
kentut. Metana juga dihasilkan dalam jumlah cukup banyak di tempat pembuangan
sampah, sehingga menguntungkan bila mengumpulkan metana sebagai bahan bakar
bagi ketel uap untuk menghasilkan energi listrik. Metana merupakan unsur utama
dari gas bumi. Gas ini terdapat dalam jumlah besar pada sumur minyak bumi atau
gas bumi.
CFC (Chloro
Flouro Carbon)
Chlorofluorocarbon
adalah sekelompok gas buatan. CFC mempunyai sifat tidak mudah terbakar dan
tidak beracun. CFC amat stabil sehingga dapat digunakan dalam berbagai
peralatan. Mulai digunakan secara luas setelah Perang Dunia II. Chloro fluoro
carbon yang paling banyak digunakan mempunyai nama dagang Freon. Dua jenis
chlorofluorocarbon yang umum digunakan adalah CFC R-11 dan CFC R-12. Zat-zat
tersebut digunakan dalam proses mengembangkan busa, di dalam peralatan
pendingin ruangan dan lemari es selain juga sebagai pelarut untuk membersihkan
mikrochip.CFC menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari CO2. Tetapi
untungnya pemakaian CFC telah dilarang di banyak negara karena CFC telah lama
dituding sebagai penyebab rusaknya lapisan ozon.
O3 (Ozon)
Ozon terdapat
secara alami di atmosfer (troposfer, stratosfer). Di troposfer, ozon merupakan
zat pencemar hasil sampingan yang terbentuk ketika sinar matahari bereaksi
dengan gas buang kendaraan bermotor. Ozon pada troposfer dapat mengganggu
kesehatan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Ternyata, tanpa
kita sadari, begitu banyak pemicu terjadinya efek rumah kaca. Maka mari kita
jaga bumi ini, demi anak cucu kelak.
3. Pengaruh Efek Rumah Kaca Terhadap
Pertumbuhan dan Produktifitas Tanaman.
Iklim dan cuaca
merupakan faktor penentu utama bagi pertumbuhan dan produktifitas tanaman
pangan. Sistem produksi pertanian dunia saat ini mendasarkan pada kebutuhan
akan tanaman setahun, kecuali beberapa tanaman seperti pisang, kelapa,
buah-buahan, anggur, kacang-kacangan, beberapa sayuran seperti asparagus,
rhubarb, dan lain-lain. Tanaman-tanaman tersebut dikembangbiakan dalam kondisi
pertanaman tertentu.
Produktifitas
pertanian berubah-ubah secara nyata dari tahun ke tahun. Perubahan drastis
cuaca, lebih berpengaruh terhadap pertanian dibanding perubahan rata-rata.
Tanaman dan ternak sangat peka terhadap perubahan cuaca yang sifatnya sementara
dan drastis. Perbedaan cuaca antar tahun lebih berpengaruh dibanding dengan
perubahan iklim yang diproyeksikan. Dan tak terdapat bukti bahwa perubahan
iklim akan mempengaruhi perubahan cuaca tahunan.
Petani selalu
berhadapan dengan perubahan iklim. Besaran perbedaan antar tahun telah
melampaui prakiraan perubahan iklim. Fluktuasi iklim tahunan, dalam beberapa
urutan besaran lebih tinggi dibanding dengan besar prediksi perubahan
pelan-pelan iklim yang diajukan para ahli ekologi. Hal ini digambarkan pada
Musim panas daerah pertanian Jagung Amerika serikat, antara tahun 1988 (kering
dan panas) dan 1992 (basah dan dingin). Suhu selama Juli dan Agustus berbeda
80F dalam dua tahun dibeberapa negara bagian. Hal paling kritis yang belum
diketahui adalah pola frekuensi kemarau. Kemarau terjadi dibeberapa tempat
didunia setiap tahun. Kemarau tahunan juga lumrah terjadi di area pertanian India,
China, Rusia dan beberapa negara Afrika.
Makalah ini akan
membahas implikasi dari effek rumah kaca, atau khusunya, perubahan iklim yang
diakibatkan meningkatnya kandungan CO2 atmosfir dan gas rumah kaca lainnya
terhadap produktifitas tanaman pangan. Juga mempertimbangkan efek langsung
maupun biologis dari peningkatan kadar CO2 tersebut. Dan interaksi Biologi dan
Iklim terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pangan.
4. Pengaruh Iklim terhadap Pertumbuhan dan
Produktivitas Tanaman
Variabel menonjol
yang diperkirakan akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
produktivitas tanaman pangan akibat terjadinya peningkatan kadar CO2 adalah
bumi yang memanas. Berdasarkan pengamatan obyektif di lapangan, diperkirakan
akan lebih rendah dibanding permodelan iklim yang lemah dan kasar menggunakan
komputer. Berdasarkan permodelan komputer, muka bumi rata-rata akan memanas
sebesar 1,5-4,5OC jika kadar CO2 meningkat duakali. Secara keseluruhan iklim
akan memanas 3 kali 1,5OC pada akhir abad nanti, dan pemanasaan terbesar
terjadi dikutub, dan lebih rendah dikhatulistiwa.
Kedua, kenaikan
suhu dapat diperkirakan dan akan berpengaruh terhadap pola hujan. Untuk
kebanyakan tanaman pangan dan serat dan beberapa spesies lain perubahan dalam
ketersediaan air memiliki akibat yang lebih besar dibanding kenaikan suhu.
Permodelan iklim secara regional telah dimodelkan dalam tingkat yang lebih
kurang meyakinkan dibanding model untuk iklim global.
Perubahan yang
diperkirakan, jika terjadi dalam pola hujan dan suhu dengan kadar CO2 yang
tinggi akan menguntungkan produksi tanaman pangan beririgasi. Pertambahan areal
pertanian beririgasi di Amerika terjadi di delta misisipi dan dataran utara.
Hal serupa terjadi di India, China dan Rusia bagian selatan. Di USA, area tanam
jagung dan gandum musim dingin akan bergeser ke utara dan akan digantikan
sorgum dan padi-padian.
Ketiga, pemanasan
global mempengaruhi variabel yang berpengaruh terhadap produktifitas pertanian.
Hal ini akan sangat penting bagi pertanian yang terkait zona suhu, baik bagi
pertambahan maupun intensitas masa tanam atau satuan tingkat pertumbuhan.
Perhatian petani akan tertuju pada perbedaan musiman dan antar tahun pada curah
hujan, salju, lama musim tanam, dan beda
suhu dalam hari-hari yang berpengaruh pada tahap pertumbuhan. Stabilitas dan
keandalan produksi adalah sama pentingnya dengan besaran jumlah produksi itu
sendiri.
Keprihatinan akan
perubahan iklim dimasa depan dan perubahan yang lebih besar lagi akan diimbangi
dengan penelitian mengenai manfaat peningkatan CO2 bagi fotosintesis dan
berkurangnya kebutuhan tanaman akan air, dan tetap meningkatnya hasil. Selama
70 tahuan, perubahan cuaca, mencerminkan bahwa hasil tanam di USA, Rusia,
India, China, Argentina, Canada dan Australia, memungkinkan negara dengan cuaca
baik dapat menjaga keamanan pangan negara dari cuaca yang buruk. Kekeringan
secara menyeluruh di dunia hampir tak pernah terjadi saat ini.
Walau ada
kepastian bahwa pertanian dunia dapat mengantisipasi perubahan iklim, perubahan
itu akan menambah masalah yang harus ditangani dalam dasa warsa kedepan.
Masalah lain adalah Kelangkaan air dan kualitas air, tanah yang menjadi
gersang, pengadaan energi dari bahan bakar fosil serta kelangsungan praktek
pertanian yang sekarang ada. Beberapa praktek yang membahayakan kesehatan
manusia dan kelestarian lingkungan harus diubah bersamaan dengan tingkat
produksi yang aman dan dapat diandalkan juga harus terus ditingkatkan.
Prakiraan terjadinya perubahan iklim membuat penelitian pertanian yang
komprehensif menjadi sangat penting dalam menghadapi perubahan itu secara
efektif.
Penelitian
mengenai perubahan iklim, akan melengkapi usaha peningkatan produktivitas
tanaman, yang dipengaruhi oleh tekanan lingkungan, yang kini tengah dilakukan
melalui rekayasa genetik, perlakuan kimiawi dan pola pengolahan. Ini akan
memberi dua manfaat sekaligus, baik sebagai pelindung mengahadapi perubahan
jangka pendek lingkungan, seperti kemarau dan juga membantu menghadapi
perubahan iklim dalam jangka panjang, dan untuk mengkapitalisasi sumberdaya
hayati bagi peningkatan produksi.
Pandangan yang berbeda
mengenai pemanasan global yang memiliki bobot ilmiah yang baik muncul,
mendukung penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, sekarang telah
disimpulkan oleh beberapa ilmuwan bahwa model prakiraan iklim yang dibuat
merupakan penyederhanaan yang sangat simplistis dari proses atmosfir dan lautan
yang sangat kompleks. Dan tak dapat dibuktikan bahwa pengeluaran gas rumah kaca
akan berpengaruh signifikan terhadap iklim dunia, sebab-sebab pemanasan global
juga lebih tidak dapat lagi dipastikan.
5. Pengaruh Biologis Langsung:
5.1 Pertumbuhan Tanaman dalam rumah Kaca
Penelitian
mengenai manfaat pengayaan CO2 dimulai abad lalu. Awal 1888, manfaat pemupukan
dengan CO2 telah dilakukan pada tanaman di dalam rumah kaca di Jerman, dan
beberapa tahun kemudian di Inggris, serta 80 tahun yang lalu di USA. Hasil yang
menguntungkan pertama kali dilaporkan terjadi pada tanaman pangan seperti
letuce, tomat, mentimun, dan kemudian bunga dan tanaman hias.
Banyak catatan
dan pernyataan yang disusun mengenai pertumbuhan tanaman yang berada dalam
lingkungan yang dikontrol dan diberi pengayaan CO2. Wittwer dan Robb membuat
catatan menyeluruh mengenai data-data sebelumnya dan ditambah hasil
penelitiannya sendiri bahwa tanaman tomat mencapai usia dewasa dan hasil produksi
yang menguntungkan dalam rumah kaca yang diperkaya CO2. Sementara Strain dan
Cure menyusun Bibliographi literature mengenai pengayaan CO2 dan efeknya
terhadap lingkungan dan tanaman yang lengkap. Kimball dkk. pada tahun 1983,
1985 dan 1996 mengumpulkan 770 penelitian mengenai hasil tanaman dalam rumah
kaca dengan pengayaan CO2, dan terbukti hasil tanaman tersebut meningkat 32%.
Pada tahun 1982
diselenggarakan Konferensi Internasional yang bertujuan mengidentifikasi
makalah yang terkait dengan pengaruh biologis langsung dari pengaruh
peningkatan CO2 pada produktifitas tanaman, sebagai sesuatu yang tak
terpisahkan dengan efisiensi photositensis, efisiensi penggunaan air,
Penyerapan Nitrogen biologis terkait dengan sumberdaya iklim seperti cahaya,
suhu dan kelembaban. Fokus makalah ini dibuat dengan mengacu kepada tindak
konferensi tersebut. Dokumentasi yang lebih lengkap mengenai efek langsung CO2
terhadap produkstifitas tanaman diterbitkan Departemen Energi USA pada Tahun
1985-1987 secara berseri, makalah Wittwer tahun 1985 dan 1992. Itu semua
dilengkapi oleh materi yang diedit oleh Enoch dan Kimball pada 1968 mengenai
Pengayaan Karbondioksida Pada Tanaman Rumah Kaca meliputi status dan sumber
CO2, physiologi, hasil daan ekonomi. Juga telah dilakukan riset selama 35 tahun
oleh sebuah grup dalam Komisi Tanaman Terlindung pada International Society for
Holticultural Science, yang membuktikan bahwa pengayaan CO2 menambah hasil
sebesar 12-13 %, dibanding pada kadar atmosfir biasa sebesar 335 ppm.
Pengaruh paling
mencolok dari pengayaan tersebut dalah efisiensi fotosintesis dan Penggunaan
Air yang lebih efisien.
5.2 Efisiensi Fotosintesis
Hanya sedikit
keraguan bahwa kadar CO2 dalam atmosfir adalah kurang optimal bagi
fototosintesis ketika faktor lain yang berpengaruh terhadap tanaman (cahaya,
air, suhu dan unsur hara) mencukupi. Fotosintesa Netto adalah jumlah
fotosintesa brutto minus fotorespirasi, dan fotorespirasi setidaknya memiliki
besaran mengubah 50% karbohidrat hasil fotosintesa kembali menjadi CO2, dengan
peningkatan CO2 fotorespirasi diperkirakan akan menurun. Peningkatan Biomassa
terbukti terjadi ketika dilakukan pengayaan CO2. Ini tak selalu muncul dari
fotosintesa netto. Kadar CO2 yang tinggi memicu penggunaan air yang efisian
dalam tanaman C4 seperti jagung. Peningkatan efisiensi air ini merangsang
pertumbuhan tanaman.
Dampak langsung
yang dapat dijejaki dari peningkatan CO2 adalah peningkatan tingkat fotosintesa
daun dan kanopi. Peningkatan fotosintesis akan meningkat sampai kadar CO2
mendekati 1000 ppm. Hasil paling pasti adalah tanaman tumbuh cepat dan lebih
besar. Ada perbedaan antara spesies. Spesies C3 lebih peka terhadap peningkatan
kadar CO2 dibanding C4. Terjadi juga pertambahan luas dan tebal daun, berat per
luas, tinggi tunas, percabangan, bibit dan jumlah dan berat buah. Ukuran Tubuh
meningkat seiring rasio akar-batang. Rasio C:N bertambah. Lebih dari itu semua
hasil panen meningkat. Terutama pada Kentang, Ubi Jalar, Kedelai. Dengan
meningkatnya kadar CO2 menjadi dua kali sekarang secara global, hasil pertanian
diperkirakan akan meningkat sampai 32% dari sekarang. Perkiraan sementara saat ini sekitar 5%-10%
dari kenaikan produksi pertanian adalah akibat kenaikan kadar CO2. Manfaat
pengayaan CO2 terhadap pertumbuhan dan produktifitas tanaman saat ini telah
dikenal telah dikenal luas. Banyak pengujian yang dilakukan dalam lingkungan
terkontrol secara penuh atau sebagian, terhadap beberapa tanaman komersial
(padi, Jagung, gandum, kedelai, kapas, kentang, tomat, ubi jalar, dan beberapa
tanaman hutan), yang membuktikannya.
5.3 Efisiensi
Penggunaan Air
Kebutuhan utama
tanaman yang lainnya adalah air, baik secara kualitas maupun kuantitas. Air
kini telah menjadi permasalahan penting bagi lima negara dengan jumlah penduduk
terbesar di dunia (China, India, USA, Sovyet, Indonesia). Juga tentu
dinegara-negara temur tengah, afrika utara dan sub sahara. Satu faktor penting
yang berpengaruh terhadap produksi tanaman namun masih merupakan misteri adalah
pola musim kering yang terjadi. Kekeringan adalah hal yang paling ditakuti oleh
para petani diberbagai negara produsen pangan. Kebutuhan akan air menjadi
semakin penting dan kritis, di USA, 80–85 % konsumsi air bersih adalah untuk
pertanian. Sepertiga persediaan tanaman pangan sekarang tumbuh padi 18% lahan
beririgasi.
Aspek penting
dari peningkatan kadar CO2 dalam atmosfir adalah kecenderungan tanaman untuk
menutup sebagian dari stomata pada daunnya. Dengan tertutupnya stomata ini
penguapan air akan menjadi perkurang, dan dengan itu berarti efisiensi penggunaan
air meningkat. Kekurangan air adalah faktor pembatas utama dari produktifitas
tanaman. Bukti yang selama ini dikumpulkan menunjukan bahwa peningkatan CO2 di
atmosfir meningkatkan efisiensi penggunaan air. Hal ini adalah penemuan yang
penting bagi bidang pertanian dan juga bagi ekologi. Implikasi dari hal itu
bermacam-macam, salah satunya adalah peningkatan daya tahan terhadap kekeringan
dan berkurangnya kebutuhan air untuk pertanian.
Efek langsung
dari kadar CO2 dalam atmosfir terhadap fotosintesis tanaman C4 adalah
meningkatkan efisiensi air dalam fotosintesa. Dan pada tanaman C4 dan C3
mengurangi membukanya stomata, hal ini ditunjukan oleh Roger et al. pada
tanaman kedelai. Tanaman dengan cara fotosintesa C3 mendapat keuntungan dengan
3 cara. Pertama meluasnya ukuran daun, kedua peningkatan tingkat fotosintesis
perunit luas daun, dan terakhir efisiensi penggunaan air.
6. Produksi Tanaman Pangan Beririgasi
Perubahan yang
telah diperkirakan mengenai penguapan dan suhu akibat efek rumah kaca dan
pemanasan global sepertinya akan menguntungkan lahan pertanian beririgasi. Di
USA, luas areal pertanian beririgasi akan meluas sampai dataran utara dan delta
Missisipi, hal ini juga berlaku untuk Cina, India dan negara lain. Dimana
lingkungan lebih lembab dan diperuntukkan untuk tanaman biji-bijian dan
kacang-kacangan. Kecenderungan ini telah terjadi di USA, China, dan India.
Jagung dan Gandum kini bergeser mendekati daerah yang dingin dan lebih lembab.
Produksi Sorgum dan padi-padian akan menggeser posisi areal gandum dan jagung
tersebut. Diharapkan juga, dimasa mendatang model dari atmosfir dan iklim akan
lebih berkembang dan melengakapi dari apa yang sekarang telah dikembangkan,
sehingga sensitivitas tanaman terhadap perubahan iklim lebih dapat diketahui.
7. Pertumbuhan dan Produkstifitas Tanaman:
7.1 Kemampuan
Adaptasi terhadap Suberdaya Iklim di Bumi
Banyak tanaman
pangan mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim. Di bumi padi, ubikayu,
ubijalar dan jagung dapat tumbuh dimana saja kelembaban dan suhu sesuai. Jagung
mampu tumbuh di areal yang beraneka ragam kelembaban, suhu, dan ketinggian
dibumi ini. Areal produksinya di USA telah meluas ke utara sampai 800 km selam
lima puluh tahun ini. Kedelai dan Kacang tanah dapat tumbuh di daerah tropik
sampai lintang 450 LU dan 400 LS. Gandum musim dingin yang lebih produktif dari
gandum musim semi areal tanamnya telah meluas keutara sejauh 360 km. Ditambah
dengan kemampuan rekayasa genetik yang kita miliki perluasan areal tanam akan
semakin mungkin dan cepat terealisasi.
Diperkirakan
penggandaan kadar CO2 akan meningkatkan produktivitas tanaman di Amerika Utara,
hal serupa juga terjadi di Sovyet, Eropa dan propinsi bagian utara China. Tanaman
hortikultura dapat berkembang bebearapa musim diseluruh negara bagian USA.
Tanaman seperti Tebu dan Kapas semakin meluas areal tanamnya dengan
dimanfaatkannya mulsa dan pelindung plastik. Pemanasan global akan lebih
menguntungkan dibanding dengan kembalinya era es sebagaimana diprediksi
beberapa dekade yang lalu. Terlebih dimana produksi tanaman pangan terpusat di
Lintang 300 LU sampai 500 LS.
Perubahan iklim
secara drastis dan ekstrem sebagaimana yang selama ini dipublikasikan adalah
hal yang sangat berlebihan. Pemanasan secara perlahan mungkin menguntungkan,
karena memungkinkan penanaman tumbuhan tropis seperti mangga, pepaya, nanas dan
pisang , dinegara bagian selatan USA.
8. Prakiraan Regional:
8.1 Pola Iklim dan Respons Tanaman
Sejak 1850, kadar
CO2 dalam atmosfir telah meningkat sebesar 25 % akibat pembakaran bahan bakar
fosil dan penggundulan hutan tak ada yang menentangnya. Kadar gas rumah kaca
selain CO2 juga telah meningkat melebih prosentase CO2 dan dengan efek pemanas
yang setara CO2. Namun terdapat kontrovesi mengenai kapan pemanasan global
pertama kali muncul, juga terdapat kontroversi mengenai besaran perubahan suhu
yang terjadi, jika terjadi pada masa yang akan datang. Perkiraan yang ada
berkisar antara minus 1,50C sampai 60C. Prakiraan iklim dan cuaca regional
dengan sebaran variabel seperti awan, kelembaban, dan angin lebih tidak pasti
lagi.
Efek langsung
dari meningkatnya CO2, berdampak positif terhadap tumbuhan, sebagaimana dibahas
diatas, namun bila terjadi kekeringan sebagaimana ramalan hasil permodelan
iklim yang sekarang, hasil pertanian tak dapat dipastikan. Namun secara garis
besar dampak yang terjadi masih dapat kita kendalikan. Tindakan dari petani,
ilmuwan dan kebijkan pemerintah lebih diperlukan dibandingkan dengan perubahan
pola hidup kita.
Prakiraan
pengaruh CO2 terhadap iklim menimbulkan banyak spekulasi, dan beberapa riset
telah dimulai untuk meneliti dampaknya terhadap hubungan hama dan tanaman dan
strategi perlindungan tanaman. Gulma, Serangga, nematoda dan wabah berdampak sangat merugikan bagi pertanian.
Perubahan Iklim yang mungkin akan berdampak pada hubungan tumbuhan – hasil
panen – hama, dan ekosistem lain. Peningkatan kandungan karbohidrat dan
akumulasi nitrogen akan berpengaruh terhadap pola makan serangga, ini telah
ditunjukan dalam beberapa eksperimen. Pengendalian hama memasuki era baru,
dengan pengintegrasian penanganan hama.
9. Pemanasan Globa:
9.1
Pengertian Pemanasan Global
Pemanasan Global
adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi akibat peningkatan jumlah
emisi Gas Rumah Kaca di atmosfer. Pemanasan Global akan diikuti dengan
Perubahan Iklim, seperti meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia
sehingga menimbulkan banjir dan erosi. Sedangkan, di belahan bumi lain akan
mengalami musim kering yang berkepanjangan disebabkan kenaikan suhu.
9.2 Penyebab Pemanasan Global
Pemansan global
terjadi ketika ada konsentrasi gas-gas tertentu yang dikenal dengan gas rumah
kaca, yg terus bertambah di udara, hal tersebut disebabkan oleh tindakan
manusia, kegiatan industri, khususnya CO2 dan chlorofluorocarbon. Yang terutama
adalah karbon dioksida, yang umumnya dihasilkan oleh penggunaan batubara,
minyak bumi, gas dan penggundulan hutan serta pembakaran hutan.
Asam nitrat
dihasilkan oleh kendaraan dan emisi industri, sedangkan emisi metan disebabkan
oleh aktivitas industri dan pertanian. Chlorofluorocarbon CFCs merusak lapisan
ozon seperti juga gas rumah kaca menyebabkan pemanasan global, tetapi sekarang
dihapus dalam Protokol Montreal. Karbon dioksida, chlorofluorocarbon, metan,
asam nitrat adalah gas-gas polutif yang terakumulasi di udara dan menyaring
banyak panas dari matahari. Sementara lautan dan vegetasi menangkap banyak CO2,
kemampuannya untuk menjadi “atap” sekarang berlebihan akibat emisi. Ini berarti
bahwa setiap tahun, jumlah akumulatif dari gas rumah kaca yang berada di udara
bertambah dan itu berarti mempercepat pemanasan global.
Sepanjang seratus
tahun ini konsumsi energi dunia bertambah secara spektakuler. Sekitar 70%
energi dipakai oleh negara-negara maju; dan 78% dari energi tersebut berasal
dari bahan bakar fosil. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan yang
mengakibatkan sejumlah wilayah terkuras habis dan yang lainnya mereguk
keuntungan. Sementara itu, jumlah dana untuk pemanfaatan energi yang tak dapat
habis (matahari, angin, biogas, air, khususnya hidro mini dan makro), yang
dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, baik di negara maju maupun miskin
tetaplah rendah, dalam perbandingan dengan bantuan keuangan dan investasi yang
dialokasikan untuk bahan bakar fosil dan energi nuklir.
Penggundulan
hutan yang mengurangi penyerapan karbon oleh pohon, menyebabkan emisi karbon
bertambah sebesar 20%, dan mengubah iklim mikro lokal dan siklus hidrologis,
sehingga mempengaruhi kesuburan tanah.
9.3
Dampak Pemanasan Global
Pemanasan global
yaitu meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan Bumi yang
disebabkan oleh aktifitas manusia terutama aktifitas pembakaran
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_bakar_fosil”>bahan bakar fosil
(batu bara, minyak bumi, dan gas alam), yang melepas karbondioksida (CO2) dan
gas-gas lainnya yang dikenal sebagai http://id.wikipedia.org/wiki/Gas_rumah_kaca”>gas
rumah kaca ke atmosfer. Atmosfer semakin penuh dengan gas-gas rumah kaca ini
dan ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak pantulan panas
Matahari dari Bumi. Dampak pemanasan gelobal akan mempengaruhi :
9.3.1
Cuaca
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama
pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern
Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya,
gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es
yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya
mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan
di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan
lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area.
Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
9.3.2
Tinggi muka laut
Ketika atmosfer
menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya
akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan
mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih
memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah
meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC
memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 – 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi
muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm
(40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda , 17,5 persen daerah
Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir
akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air
pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana
yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara
miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.
9.3.3
Pertanian
Orang mungkin
beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari
sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian
Selatan Kanada , sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih
tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan
pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat
tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung
yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang
berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa
tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit
yang lebih hebat.
9.3.4
Hewan dan tumbuhan
Hewan dan
tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini
karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global,
hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan.
Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat
lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan
menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau
selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan
mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju
kutub mungkin juga akan musnah.
9.3.5
Kesehatan manusia
Di dunia yang
hangat, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak orang yang terkena penyakit
atau meninggal karena stress panas. Wabah penyakit yang biasa ditemukan di
daerah tropis, seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk dan hewan pembawa
penyakit lainnya, akan semakin meluas karena mereka dapat berpindah ke daerah
yang sebelumnya terlalu dingin bagi mereka. Saat ini, 45 persen penduduk dunia
tinggal di daerah di mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit
malaria; persentase itu akan meningkat menjadi 60 persen jika temperature
meningkat. Penyakit-penyakit tropis lainnya juga dapat menyebar seperti
malaria, demam dengue (demam berdarah), demam kuning, dan encephalitis . Para
ilmuan juga memprediksi meningkatnya insiden alergi dan penyakit pernafasan
karena udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora mold dan serbuk
sari.
10.
Hubungan Pemanasan Global dengan Efek Rumah Kaca
Bumi ini
sebetulnya secara alami menjadi panas karena radiasi panas matahari yang masuk
ke atmosfer. Panas ini sebagian diserap oleh permukaan Bumi lalu dipantulkan
kembali ke angkasa. Karena ada gas rumah kaca di atmosfer, di antaranya karbon
dioksida (CO2), metana (CH4), nitro oksida (N2O), sebagian panas tetap ada di
atmosfer sehingga Bumi menjadi hangat pada suhu yang tepat (60ºF/16ºC) bagi
hewan, tanaman, dan manusia untuk bisa bertahan hidup. Mekanisme inilah yang
disebut efek gas rumah kaca. Tanpa efek gas rumah kaca, suhu rata-rata di dunia
bisa menjadi -18ºC. Sayangnya, karena sekarang ini terlalu banyak gas rumah
kaca di atmosfer, terlalu banyak panas yang ditangkapnya. Akibatnya, Bumi
menjadi semakin panas.
Pemanasan global akibat adanya
meningkatnya gas-gas rumah kaca yang menyebabkan efek rumah kaca yang
berlebihan pada atmosfer bumi diyakini merupakan salah satu penyebab terjadinya
perubahan iklim global secara ekstrem ini.
Istilah Efek
rumah kaca itu sendiri diusulkan pengunaan namanya pertama kali oleh Joseph
Fourier pada 1824, yang memiliki arti proses pemanasan permukaan suatu benda
langit terutama planet atau satelit yang memiliki atmosfer yang disebabkan oleh
tergangunya komposisi gas-gas rumah kaca pada atmosfernya. Komposisi gas-gas
rumah kaca pada atmosfer Bumi terdiri atas CO2 (Karbon dioksida), N2O (Nitrous
Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbos), SF6 (Sulphur hexafluoride), PFCs (Perfluorocarbons),
SO2 (sulfur dioksida), NO (nitrogen monoksida),
(NO2) nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas
CH4 (Metan) dan (CFC) khloro fluoro karbon.
Gas-gas tersebut
dihasilkan lewat proses alami di Bumi ataupun merupakan hasil sampingan dari
aktivitas manusia saat memenuhi kebutuhan hidup. Gas yang dihasilkan oleh
letusan gunung berapi, kebakaran hutan, rawa-rawa, proses photosintesa, proses
pembusukan hingga proses bernafaspun
merupakan sumber Gas Rumah Kaca alami. Sedangkan sisa pembakaran hasil
industri, pembakaran bahan bakar fosil, emisi gas buang kendaraan bermotor
adalah sumber Gas Rumah Kaca akibat dari aktivitas manusia. Meningkatnya Gas
Rumah Kaca dimulai sejak abad 18 saat manusia menemukan teknologi industri yang
banyak menggunakan bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas maupun batubara
untuk menghasilkan energi dan menyisakan gas-gas rumah kaca yang kemudian kian
banyak terkumpul pada lapisan atmosfer melampaui batas kemampuan tumbuhan dan
laut untuk mengabsorsinya. Lantas apa hubungan meningkatnya efek rumah kaca
dengan perubahan iklim ?
Meningkatnya
kadar gas rumah kaca pada atmosfer yang merupakan mesin pengendali alami iklim
di Bumi dapat mengganggu mekanismenya. Karena sifat dasar dari gas-gas rumah
kaca yang melewatkan cahaya sinar tampak (gelombang pendek) Matahari namun
menyerap gelombang panjang (sinar infra merah).
Saat pancaran / radiasi dari Matahari masuk ke Bumi, 25% dipantulkan
kembali ke ruang angkasa oleh atmosfer dan atau partikel-partikel gas di
atmosfer, 25% diserap oleh
atmosfer, 45% diteruskan ke permukaan
bumi dan oleh permukaan bumi seperti permukaan air, es dan permukaan refletif
lainnya 5% dipantulkan kembali dalam bentuk gelombang panjang yang berupa
energi panas (sinar inframerah). Proses inilah yang disebut sebagai efek rumah
kaca. Sesungguhnya, tanpa adanya efek rumah kaca pada sistem perikliman di
bumi, maka suhu menjadi sangat rendah dan Bumi menjadi tidak layak huni. Dalam
keadaan normal, Energi yang dipantulkan kembali oleh permukaan bumi dalam
bentuk radiasi infra merah diteruskan ke angkasa oleh atmosfer, namun saat
kadar gas rumah kaca di atmosfer meningkat, Sinar infra merah tersebut
terhambat dan memantul kembali ke permukaan bumi, yang jika hal ini berlangsung
terus-menerus dalam kurun waktu yang lama akan menyebabkan pemanasan global di
permukaan Bumi.
Meningkatnya suhu
pada pemukaan bumi dapat mengakibatkan terganggunya ekosistem dan mekasnisme
biota di bumi, terutama hutan sebagai sarana pendaur ulang karbon dioksida di
udara. Selain itu mengakibatkan mencairnya es di wilayah kutub hingga
meningkatkan volume air laut dan mengancam kebedaraan daratan. Karena suhu
merupakan salah satu parameter dari iklim maka saat terjadi perubahan suhu
secara global akan mengakibatkan terjadinya perubahan iklim global yang ekstrim
pula.
Kini tidak ada
salahnya jika kita yang di Bumi hidup lebih “santun” terhadap alam dan mulai
merawat kelestarian lingkungan. Slogan-slogan seperti “back to nature” atau pun
“Go Green” jangan hanya diucapakan semata, tapi harus direalisasikan dalam
bentuk nyata demi kelangsungan hidup seluruh mahluk di Bumi ini.
11. Cara-cara Menanggulangi Pemanasan Global
Ada dua
pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas
tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon
sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah
kaca.
Cara yang paling
mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan reboisasi yang
dapat mengantisipasi global warming. Pohon, terutama yang muda dan cepat
pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui
fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat
perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area,
tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya
ketika diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk lahan pertanian atau
pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan
penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin bertambahnya gas
rumah kaca.
Gas karbon
dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan
(menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak
bumi keluar ke permukaan. Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini
di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal
ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia,
dimana karbon dioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan
diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.
Salah satu sumber
penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil. Penggunaan bahan
bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi industri pada abad ke-18. Pada
saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh
minyak bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai
biasa digunakan di dunia sebagai sumber energi. Perubahan trend penggunaan
bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah
karbon dioksida yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbon dioksida
lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan
batubara.
Walaupun
demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi
pelepasan karbon dioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun kontroversial
karena alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya. Untuk kendaraan
bermotor, perlu digunakan alat penyaring khusus gas buangan pada bagian knalpot
(tempat keluar gas buangan) yang dapatmenetralisirdan mengurangi dampak negatif
gas buangan tersebut. Bisa juga dengan mengganti bahan bakar dengan bahan bakar
alternatif yang ramah lingkungan, seperti tenaga surya (matahari) atau
biodisel. Perlu dikeluarkan regulasi tentang usia kendraan bermotor yang boleh
beroperasi agar tidak menimbulkan pencemaran.
Untuk skala
industri, perlu dibuat sistem pembuangan dan daur ulang gas buangan yang baik.
Saluran buangan perlu diperhatikan, kearah mana akan dibuang dan haruslah
memperhatikan lingkungan sekitar. Reboisasi lahan yang gundul merupakan salah
satu langkah untuk menahan laju karbondioksida yang berlebih diudara. Termasuk
penanaman pohon-pohon disepanjang jalan raya yang dapat menetralisir pencemaran
udara disepanjang jalan raya.Tetapi tidak melepas karbon dioksida sama sekali.
Selain itu
diperlukan juga adanya pengelolaan sampah.Pengelolaan sampah adalah pengumpulan,
pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material
sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari
kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap
kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk
memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat,
cair, gas, atau radioaktif dengan metode dan keahlian khusus untuk masing
masing jenis zat.
Praktek
pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara berkembang,
berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, berbeda juga
antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yg tidak
berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial
dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah
Selain itu perlu
diadakan kerja sama internasional untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah
kaca. Apabila pada suatu negara diterapkan peraturan kebijakan lingkungan yang
ketat, maka ekonominya dapat terus tumbuh walaupun berbagai macam polusi telah
dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi karbon dioksida terbukti sulit
dilakukan. Sebagai contoh, Belanda, negara industrialis besar yang juga pelopor
lingkungan, telah berhasil mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk
memenuhi targetnya dalam mengurangi produksi karbon dioksida. Oleh karena itu,
perlu adanya upaya yang serius, konsisten, dan kontinyu agar masalah kerusakan
lingkungan ini dapat diatasi atau diminimalisir.
12. Manfaat Efek Rumah Kaca Bagi Kehidupan di
Bumi.
12.1 Global warming
Global warming
dalah suatu peristiwa yang disebabkan meningkatnya efek rumah kaca (green house
effect). Sebenarnya efek rumah kaca bukanlah suatu hal yang buruk, justru
dengan adanya efek rumah kaca bumi kita bisa tetap hangat, bahkan memungkinkan
kita bisa survive hingga sekarang.
Kamu bisa
mengibaratkan bumi kita seperti mobil yang sedang diparkir dalam cuaca yang
cerah. Kamu pasti akan berpikir bahwa temperature di dalam mobil pasti akan
lebih panas dibandingkan temperature di luar mobil. Sinar matahari memasuki
mobil tersebut melalui celah-celah pada kaca jendela dan secara otomatis panas
dari sinar matahari akan diserap oleh jok, karpet, dashboard serta benda-benda
lain yang berada di dalam mobil. Ketika semua objek tersebut melepaskan kembali
panas yang diserapnya, tidak semua panas tersebut akan bisa keluar melalui
celah jendela, sebagian justru akan dipantulkan kembali- panas tersebut akan
diradiasikan kembali oleh benda-benda yang ada di dalam mobil dengan panjang
gelombang yang berbeda-beda. Sehingga sejumlah energy panas akan tetap tinggal
di dalam mobil, dan hanya sebagian kecil dari energy tersebut yang bisa
melepaskan diri. Pada akhirnya, mobil tersebut akan mengalami peningkatan
temperature secara berkala, semakin lama akan semakin panas.
Ketika cahaya
matahari mengenai atmosfer serta permukaan bumi, sekitar 70% dari energi
tersebut tetap tinggal di bumi, diserap oleh tanah, lautan, tumbuhan serta
benda-benda lainnya. 30 % sisanya dipantulkan kembali melalui awan, hujan serta
permukaan reflektif lainnya. Tetapi panas yang 70 % tersebut tidak selamanya
ada di bumu, karena bila demikian maka suatu saat bumi kita akan menjadi “bola
api”). Benda-benda di sekitar planet yang menyerap cahaya matahari seringkali
meradiasikan kembali panas yang diserapnya. Sebagian panas tersebut masuk ke
ruang angkasa, tinggal di sana dan akan dipantulkan kembali ke bawah permukaan
bumi ketika mengenai zat yang berada di atmosfer, seperti karbon dioksida, gas
metana dan uap air. Panas tersebut yang membuat permukaan bumi tetap hangat
dari pada di luar angkasa, karena energy lebih banyak yang terserap
dibandingkan dengan yang dipantulkan kembali. Itulah peristiwa yang disebut
dengan efek rumah kaca (green house effect).
12.2 Bumi Tanpa Efek Rumah Kaca
Apa yang akan
terjadi bila bumi kita tanpa efek rumah kaca, maka bumi akan seperti planet
Mars. Mars tidak mmemiliki atmosfer yang cukup tebal untuk mempertahankan panas
matahari, di sana sangat dingin. Sehingga tidak memungkinkan adanya kehidupan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Efek rumah kaca
adalh salah satu dampak dari pemanasan global yang sangat serius dampaknya.
Pemanasan global telah menjadi permasalahan yang menjadi sorotan utama umat
manusia. Fenomena ini bukan lain diakibatkan oleh perbuatan manusia sendiri dan
dampaknya diderita oleh manusia itu juga. Untuk mengatasi pemanasan global
diperlukan usaha yang sangat keras karena hampir mustahil untuk diselesaikan
saat ini. Pemanasan global memang sulit diatasi, namun kita bisa mengurangi
efeknya.
Seperti dengan
cara reboisasi, penanggulangan hal ini adalah kesadaran kita terhadap kehidupan
bumi di masa depan. Apabila kita telah menanamkan kecintaan terhadap bumi ini
maka pemanasan global hanyalah sejarah kelam yang pernah menimpa bumi ini.
B. Saran
Kehidupan ini
berawal dari kehidupan di bumi jauh sebelum makhluk hidup ada. Maka dari itu
untuk menjaga dan melestarikan bumi ini harus beberapa dekade kah kita
memikirkannya. Sampai pada satu sisi dimana bumi ini telah tua dan memohon agar
kita menjaga serta melstarikannya. Marilah kita bergotong royang untuk
menyelematkan bumi yang telah memberikan kita kehidupan yang sempurna ini. Stop
global warming.
DAFTAR PUSAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Efek_rumah_kaca
http://www.analisadaily.com/news/read/2011/06/12/3309/efek_rumah_kaca_untuk_kehidupan_di_bumi/
http://munawar.8m.net/rmh_kaca.htm
http://www.antaranews.com/berita/1318863686/efek-rumah-kaca-dan-dampak-terhadap-lingkungan
http://iklimkarbon.com/perubahan-iklim/efek-rumah-kaca/
http://nurmadina.blogspot.com/2012/05/pengaruh-efek-rumah-kaca-pada-ekosistem.html
sumber : http://jadikecil.wordpress.com/about/karya-ilmiah-bahasa-indonesia-tentang-global-warming/